Gegara Babi, Kasus COVID-19 Melonjak Picu Wuhan Lockdown Lagi

Wuhan, episentrum awal COVID-19, kembali dalam berita utama. Lockdown kembali diterapkan antara China lantaran pedagang babi yang menularkan berlipat-lipat kasus hingga lebih seribu pasien yang menunjukkan gejala COVID-19.
Dikutip ketimbang Economy Times, lebih ketimbang 900.000 orang dempet distrik Hannan diperintahkan untuk tinggal dempet rumah sesudah kota dempet China tengah, lokasi epidemi COVID-19 teristimewa dempet dunia cukup akhir 2019, melaporkan 20 santak 25 penyakit aktual setiap hari.
Pejabat pemerintah China mengatakan ada lebih melalui 1.300 kasus virus corona baru secara nasional ala hari Jumat, tanpa kematian, beserta sebagian terluang kasus tanpa gejala. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.
Ini jumlah nan murah dibandingkan dengan ribuan per hari di Shanghai awal tahun ini, tetapi cukup bagi memberlakukan lockdown. Jumlah kasus terkandung merupakan penghitungan terbanter terdalam dua pekan terakhir.
Menyusul ditemukannya kasus COVID-19, yang berdasarkan pejabat terkait beserta rantai pasokan babi regional, penjualan daging babi dalam beberapa wilayah Wuhan pun dihentikan.
Menurut posting media sosial, penghalang logam telah dipasang dalam distrik Jiang'an dengan Qiaokou akan membatasi pergerakan, dengan bisnis dengan area dalam wilayah lain dalam mana kasus atau kontak dekap telah dikunjungi juga telah ditutup.
Pekan ini, pembatasan lebih lanjut diberlakukan di empat kota leluasa: Fuzhou, Zhengzhou, Datong, lewat Xian, bagi mengendalikan wabah regional.
Sementara penutupan yang ditargetkan dekat kota-kota agam Beijing beserta Shanghai berlanjut, sekolah beserta makan dekat restoran telah ditangguhkan dekat pusat manufaktur selatan Guangzhou.
Bahkan, selesai satu pengunjung dinyatakan tepat sasaran terkena virus corona dalam hari Rabu, taman hiburan Universal Resort dekat Beijing terpaksa ditutup.
Sementara itu, 1,3 juta penduduk Shanghai, kota terbuntal dempet China, sedang menjalani tes massal atas hari Jumat, bersama mereka akan lockdown dempet rumah mereka setidaknya sampai hasilnya diketahui.
Sebelum melowongkan pembatasannya, China ingin lebih luber orang menerima suntikan booster. 90% populasi Cina telah menyelesaikan vaksinasi mereka atas pertengahan Oktober, lagi 57% telah mendapatkan dosis booster.